counters

Senin, 19 Januari 2015

Biografi Hoegeng - Polisi Paling Jujur Di Indonesia

Biografi HoegengBerbagi Sejarah Dunia - Hoegeng Imam Santoso merupakan putra sulung dari pasangan Soekario Kario Hatmodjo dan Oemi Kalsoem. Beliau lahir pada 14 Oktober 1921 di Kota Pekalongan. Meskipun berasal dari keluarga Priyayi (ayahnya merupakan pegawai atau amtenaar Pemerintah Hindia Belanda), namun perilaku Hoegeng kecil sama sekali tidak menunjukkan kesombongan, bahkan ia banyak bergaul dengan anak-anak dari lingkungan biasa. Hoegeng sama sekali tidak pernah mempermasalahkan ningrat atau tidaknya seseorang dalam bergaul. Masa kecil Hoegeng diwarnai dengan kehidupan yang sederhana karena ayah Hoegeng tidak memiliki rumah dan tanah pribadi, karena itu ia seringkali berpindah-pindah rumah kontrakan.

Hoegeng kecil juga dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal. Hoegeng mengenyam pendidikan dasarnya pada usia enam tahun pada tahun 1927 di Hollandsch Inlandsche School (HIS). Tamat dari HIS pada tahun 1934, ia memasuki Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan. Pada tahun 1937 setelah lulus MULO, ia melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (AMS) pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa sungkan-sungkan dengan tidak mempedulikan ras atau bangsa apa.
Kemudian pada tahun 1940, saat usianya menginjak 19 tahun, ia memilih melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara (1956) di Medan. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Di situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966. Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo.

Banyak hal terjadi selama kepemimpinan Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Pertama, Hoegeng melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Kedua, adalah soal perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak).
Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol. Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta.
Selama ia menjabat sebagai kapolri ada dua kasus menggemparkan masyarakat. Pertama kasus Sum Kuning, yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur, Sumarijem, yg diduga pelakunya anak-anak petinggi teras di Yogyakarta. Ironisnya, korban perkosaan malah dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu. Lalu merembet dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terang ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yg menulis kasus Sum harus berurusan dengan Dandim 096. Hoegeng bertindak. Kita tidak gentar menghadapi orangorang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Mahaesa. Jadi, walaupun keluarga sendiri, kalau salah tetap kita tindak. Geraklah the sooner the better, tegas Hoegeng di halaman 95.
Kasus lainnya yg menghebohkan adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah jadi. Berkat jaminan, pengusaha ini hanya beberapa jam mendekam di tahanan Komdak. Sungguh berkua sanya si penjamin sampai Ke jaksaan Jakarta Raya pun memetieskan kasus ini. Siapakah si penjamin itu? Tapi, Hoegeng tak gentar. Di kasus penyelundupan mobil mewah berikutnya, Robby tak berkutik. Pejabat yg terbukti menerima sogokan ditahan. Rumor yg santer, gara-gara membongkar kasus ini pula yg menyebabkan Hoegeng di pensiunkan, 2 Oktober 1971 dari jabatan kapolri. Kasus ini ternyata melibatkan sejumlah pejabat dan perwira tinggi ABRI (hlm 118). Bayangan banyak orang, memasuki masa pensiun orang pertama di kepolisian pasti menyenangkan. Tinggal menikmati rumah mewah berikut isinya, kendaraan siap pakai. Semua itu diperoleh dari sogokan para pengusaha.
Biografi Hoegeng
Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.

“Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Roelani. “Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.

Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971, dan ia kemudian digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan. Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya di antaranya karena masa jabatannya sebagai Kapolri saat itu belum habis. Berbagai spekulasi muncul berkaitan dengan pemberhentiannya tersebut, antara lain dikarenakan figurnya terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat. Selain itu ada pula yang menyebutkan bahwa ia diganti karena kebijaksanaannya tentang penggunaan helm yang dinilai sangat kontroversi.

Ternyata masa menyenangkan itu tidak berlaku bagi Hoegeng yg anti disogok. Pria yg pernah dinobatkan sebagai The Man of the Year 1970 ini pensiun tanpa memiliki rumah, kendaraan, maupun barang mewah. Rumah dinas menjadi milik Hoegeng atas pemberian dari Kepolisian. Beberapa kapolda patungan membeli mobil Kingswood, yg kemudian menjadi satu-satunya mobil yg ia miliki.Pengabdian yg penuh dari Pak Hoegeng tentu membawa konsekuensi bagi hidupnya sehari-hari. Pernah dituturkannya sekali waktu, setelah berhenti dari Kepala Polri dan pensiunnya masih diproses, suatu waktu dia tidak tahu apa yg masih dapat dimakan oleh keluarga karena di rumah sudah kehabisan beras.

Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran. Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.

“Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun,” kata Merry.

Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. “Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya,” kenang Didit.

Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.

Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi sumber Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500! Dalam acara Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000. Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia yang ke 83 tahun. Ia meninggal karena penyakit stroke dan jantung yang dideritanya. Hoegeng mengisi waktu luang dengan hobi melukisnya.

Biografi Hoegeng

Itulah sekadar beberapa catatan kenangan untuk Pak Hoegeng yg baru saja meninggalkan kita. Seorang yg hidupnya senantiasa jujur, seorang yg menjadi simbol bagi hidup jujur, dan simbol bagi kejujuran yg hidup.

Tak heran, Almarhum Gus Dur pernah berkata,
"Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng."

Sumber
Read More ->>

Inilah Sosok 9 Presiden Paling Sederhana Di Dunia

Berbagi Sejarah Dunia - Bagi sebagian orang di dunia, termasuk di Indonesia, kehidupan seorang Presiden identik dengan kemewahan. Banyak Presiden di dunia tinggal di rumah mewah, kemana-mana naik limusin, punya banyak pengawal, fasilitas serba mewah, gaji banyak, dan bisnis keluarga yang dijalankan oleh anak dan istri.

 PresidenKeren.jpg 

Namun, tidak semua Presiden seperti itu. Di belahan dunia lain, terutama di Amerika Latin, muncul pemimpin-pemimpin yang tak beda jauh dengan kehidupan rakyatnya. Bagi mereka, menjadi Presiden adalah melayani rakyat.

Berikut nama-nama Presiden yang cukup sederhana di dunia:

1.    Fernando Lugo
Dia mendapat julukan “pastor kaum papa”. Maklum, sebelum menjadi kandidat Presiden, Fernando Lugo adalah pastor yang sangat getol membela kaum tertindas. “Bila ada hal yang paling menyakitkan saya, maka itu adalah ketidakadilan dan terutama sekali ketidakadilan sosial,” kata Lugo.
Begitu dilantik menjadi Presiden tahun 2008, Lugo langsung menyatakan tidak akan menerima gajinya sebagai Presiden sebesar 4000 USD per bulan. “Saya tidak membutuhkan gaji itu, yang sebetulnya hak kaum miskin,” katanya.
Selama menjadi Presiden, Lugo memilih tetap tinggal di rumahnya yang sederhana. Ia juga selalu berpakaian sangat sederhana: kemeja panjang atau lengan pendek.
Rikard Bagun dalam laporannya berkepala “Terperangah atas Asketisme Lugo” menulis, “Setiap tamu, termasuk kami bertiga dari Indonesia (saya, Budiman, dan Martin), ikut menikmati makanan harian Lugo berupa singkong rebus, nasi putih, daun kol cacah (salad), dan ikan. Jenis makanan sehari-hari rakyat biasa di Paraguay. Tidak ada yang istimewa.”
Rikard juga melihat, pada hari pertama di jabatannya, Lugo dan Hugo Chavez menyantap makanan rakyat Amerika Latin, seperti ubi kayu, jagung, dan pisang rebus. Sayang, 22 Juni 2012 lalu, Fernando Lugo dikudeta oleh sayap kanan melalui parlemen.

2.    Jose ‘Pepe’ Mujica
Jose Mujica adalah salah satu pemimpin Gerakan Pembebasan Nasional Tupamaro (MLN-T). Ia menghabiskan 14 tahun di penjara karena aktivitas gerilya melawan kediktatoran.
Ia memenangkan pemilu tahun 2009 dan resmi menduduki jabatan Presiden pada Maret 2010. Sejak menjadi Presiden Uruguay, Pepe Mujica memilih tinggal di rumahnya di pinggiran kota Montevideo. Di rumahnya itu tidak ada pelayan. Hampir semua pekerjaan rumahnya, seperti memasak, dikerjakan sendiri.
Selama menjadi Presiden, Pepe Mujica menyumbangkan 90 persen gajinya untuk menambah anggaran sosial negerinya. Pada tahun 2010, kekayaannya pribadinya tak lebih dari 1800 AS dollar atau sekitar Rp 18 Juta. Ia juga hanya menggunakan Volkswagen Beetle keluaran 1987 sebagai kendaraan pribadinya.
Hidup sederhana memang filosofi hidup politisi kiri ini. Ketika ia menjadi anggota parlemen, ia memang sudah sangat sederhana. Sampai-sampai  Petugas parkir gedung parlemen sangat kaget ketika melihat Mujica datang hanya mengendari motor vespa.

3.    Hugo Chavez
Hugo Chavez lahir dari keluarga kelas pekerja. Ia tumbuh dalam kehidupan yang sangat miskin bersama neneknya. Begitu terpilih sebagai Presiden tahun 1998, Chavez menggunakan kekuasannya untuk memberdayakan kaum miskin.
Dia juga adalah sosok Presiden yang sederhana. Seperti Fernando Lugo dan Jose Mujica, Chavez juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk anggaran sosial. Chavez juga dikenal Presiden yang sangat merakyat. Ketika melakukan kunjungan, Ia hanya menggunakan jeep atau menumpangi truk.
Ketika hujan lebat mengguyur Venezuela, yang berakibat banjir hebat di mana-mana, Chavez membuka pintu istana Kepresidenan sebagai tempat penampungan. Baginya, Istana Kepresidenan adalah rumah rakyat.
Chavez adalah pembebas bagi rakyat Venezuela. Ia menggunakan kekuasaannya untuk merebut kembali kontrol terhadap sumber daya dan kemudian menggunakannya untuk memberantas kemiskinan, membebaskan rakyat dari buta huruf, menggratiskan pendidikan dan kesehatan, menciptakan toko sembako murah di seantero negeri, dan uan pensiun bagi lansia.

4.    Fidel Castro
Fidel Castro adalah salah satu pemimpin Revolusi Kuba tahun 1959. Sejak itu, Kuba bergerak menuju sosialisme. Tak heran, karena langkahnya yang berbeda dengan jalan imperialisme itu, Fidel Castro dan Kuba banyak didiskreditkan.
Yang sering terdengar, Fidel dianggap diktator dan hidup sangat mewah. Majalah Forbes, misalnya, menuding Fidel punya simpanan 900 juta USD di luar negeri. Berbekal tudingan palsu itu, media-media mainstream menempatkan Castro sebagai orang terkaya di dunia.
Pada kenyataannya, Castro hidup sangat sederhana. Ia tak punya limusin seperti Obama. Pada kenyataannya, hanya menerima gaji sebesar 900 peso (Peso Kuba tidak punya nilai di pasar internasional, tetapi nilai domestiknya setara kira-kira 36$ per bulan atau sekitar Rp 350 ribu). Di Indonesia, kita hampir tidak menemukan lagi ada buruh yang dibayar di bawah Rp 350 ribu per bulan. Tetapi Kuba membayar gaji Presidennya hanya Rp 350 ribu.
Fidel sendiri sudah membantah tudingan Forbes. Ia bahkan menantang Forebs, “Jika anda bisa membuktikan saya punya uang 1 dollar di luar negeri, saya akan mundur dari jabatan saya.”
Dalam wawancaranya dengan Ignacio Ramonet, seperti ditulis di buku “Fidel Castro: My Life”, sekalipun gajinya pas-pasan, ia mengaku tidak sekarat dalam kelaparan. Sudah begitu, gaji yang kecil itu harus dia sisipkan untuk menyetor iuran ke partai.

5.    Nelson Mandela
Siapa yang tak kenal Nelson Mandela? Dia merupakan pemimpin terkemuka pembebasan Afrika Selatan dari kolonialisme dan apartheid. Namanya begitu termasyhur di seluruh penjuru Afrika dan dunia.
Meski begitu, Mandela tetap merupakan sosok yang sederhana. Begitu menjadi Presiden tahun 1994, Mandela rutin memotong gajinya untuk disumbangkan bagi anggaran sosial. Malahan, kemudian, ia menyerahkan sepertiga gajinya untuk membantu anak-anak.
Rumahnya di Johannesburg maupun di desa asalnya, Qunu, terbilang sederhana dan tak ubahnya dengan rumah masyarakat umum.
Tahun 1994, ketika negerinya didera utang warisan rejim lama, Mandela menyerukan pejabat negerinya mengencangkan ikat pinggang. Namun, sebagai langkah awal, ia memulai dengan memotong gajinya sendiri dan gaji Wakil Presiden.

6.    Rafael Correa
Rafael Correa adalah ekonom bergelar  PhD jebolan University of Illinois, AS. Namun, sekalipun menimbah ilmu di AS, Correa justru sangat anti-neoliberal.
Pada saat Luis Alfredo Palacio, Correa menjadi salah satu menterinya. Saat itu Correa berani menentang proposal IMF dan Bank Dunia. Sayang, tindakannya tidak direstui Presiden Ekuador saat itu. Correa pun mundur dari jabatannya. Namun, sejak peristiwa itu, nama Correa makin populer dan dikagumi rakyat.
Correa sendiri terbilang pemimpin sederhana. Tanggal 6 April lalu, ketika APBN Ekuador diancam defisit, Correa mengeluarkan dekrit untuk membekukan pembayaran gaji pejabat tinggi selama dua tahun. Itu termasuk gaji Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan pejabat tinggi lainnya.
Tak hanya itu, ia juga memotong gajinya dari sekitar 8000 USD menjadi 4000 USD. Memang, gaji pejabat Ekuador termasuk tertinggi di kawasan Andean. Dengan pemotongan gaji itu, Correa menyelamatkan APBN tanpa memangkas subsidi sosial rakyatnya.

7.    Evo Morales
Evo Morales adalah Presiden pribumi pertama dalam sejarah Bolivia. Seperti kebanyakan pribumi Bolivia lainnya, Evo kecil sangat miskin dan menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala domba. Karena tekanan kemiskinan itu pula, Evo tidak bisa menuntaskan pendidikannya.
Evo adalah seorang petani. Penderitaan yang dialami oleh petani membuat Evo tertarik bergabung dalam serikat petani koka. Pada tahun 1995, ia turut mendirikan partai gerakan sosial bernama Gerakan untuk Sosialisme (MAS).
Dalam pemilu 2005, Evo memenangkan pemilu Presiden. Ia resmi menempati jabatannya Januari 2006. Begitu ia menempati jabatannya, Evo mengumumkan pemotongan setengah gajinya untuk meningkatkan jumlah guru dan dokter.
“Kita membutuhkan 6000 guru baru dan membutuhkan uang 2.200 USD,” katanya. Ia juga menyerukan agar menterinya mengikuti langkahnya. “Bukan untuk Evo, tetapi untuk rakyat,” tambahnya.
Ketika Peru dilanda gempa bumi, pada tahun 2007, Evo juga mendonasikan separuh gajinya untuk korban gempa. Begitu pula ketika terjadi gempa di Haiti dan Chile, Evo juga memotong separuh gajinya dan gaji Wakil Presiden untuk disumbangkan ke rakyat Chile dan Haiti.
Selama menjadi Presiden, penampilan Evo tidak berubah. Ia lebih sering memakai pakaian sederhana, seperti jaket kulit atau sweater biasa. Ia juga tidak meninggalkan kebiasan kaum pribumi mengunyah daun koka.

8.    Ahmadinejad
Ahmadinejad, yang pernah menjadi Walikota Teheran, Ibukota Iran, resmi menjadi Presiden tahun 2005. Saat itu, ia diminta mengumumkan kekayaannya. Ternyata, kekayaannya hanya satu rumah sederhana seluas 175 meter persegi dan mobil Peugeot putih keluaran 1977.
Selain itu, ketika baru menempati jabatannya, ia meminta pembantunya menggulung karpet antik peninggalan Persia di istana negara dan menggantinya dengan karpet biasa. Ia menolak kursi V.I.P di pesawat Kepresidenan.
Ahmadinejad selalu berusaha menggambarkan dirinya tidak berjarak dengan rakyat kebanyakan. Beberapa fotonya beredar di dunia maya memperlihatkan Ia tertidur pulas di atas karpet biasa.

9.    Lula Da Silva
Lula Da Silva adalah Presiden Brazil yang berlatar-belakang aktivis buruh. Ia lahir dari keluarga yang sangat miskin. Lantaran itulah ia harus meninggalkan bangku Sekolah Dasar. Sejak usia 12 tahun, Lula kecil hidup di jalanan, jadi tukang semir sepatu dan menjual kacang.
Pada usia 14 tahun, Ia bekerja di pabrik pengolahan tembaga dan menempati posisi operator mesin bubut. Lima tahun kemudian, ketika ia bekerja di perusahaan otomotif, ia kehilangan jarinya karena kecelakaan kerja. Namun, kejadian itulah yang mendorong Lula mengorganisir kawan-kawannya sesama pekerja untuk membangun serikat dan memperjuangkan hak-haknya.
Di bawah kediktatoran, Lula tampil sebagai aktivis kiri penentang kediktatoran. Tahun 1971, Lula terpaksa menyaksikan Istrinya, Maria de Lourde, yang menderita penyakit hepatitis, meninggal karena ketiadaan uang untuk membeli obat. Tahun 1978, Ia menjadi Presiden Serikat Buruh Pabrik Baja. Ia juga terlibat dalam pendirian Partai Buruh (PT).
Tiga kali maju sebagai Calon Presiden, Lula akhirnya terpilih pada tahun 2002. Pertama kalinya dalam sejarah Brazil dipimpin oleh Presiden berhaluan kiri dan dari latar-belakang klas pekerja.
Begitu menjadi Presiden, Lula tidak mengubah kehidupannya. Ia tetap berpenampilan sederhana. William Gonçalves, seorang Professor di Universitas Negara Rio De Jeneiro, mengatakan, “Lula adalah rakyat. Ia mengerti perasaan mereka dan berbicara dengan bahasa mereka.”
Lula terpilih dua kali sebagai Presiden Brazil. Masa pemerintahannya dianggap sangat sukses. Tak heran, tingkat penerimaan rakyat terhadap pemerintahan Lula mencapai 80%.


Read More ->>

6 Raja Media Terkenal di Indonesia

Berbagi Sejarah Dunia - Pada era pasca reformasi ini, kebebasan pers makin luas dan kekuatan media sebagai pengontrol opini masyarakat pun turut berkembang. Apalagi semakin didukung oleh pesatnya teknologi informasi, menjadikan masyarakat kini memiliki semakin banyak pilihan untuk mencari ataupun memperoleh informasi. Fenomena ini membuat siapapun yang mampu menguasai media informasi akan memiliki power yang besar untuk menguasai serta mengarahkan cara pandang masyarakat luas. Sehingga tak heran jika kekuasaan media kini bahkan boleh dibilang lebih kuat dari pemerintah ataupun hukum sekalipun.

Siapa saja merekah ???

1. Hary Tanoesudibjo
Kepiawaian Hary dalam berbisnis telah terlihat sejak dia masih duduk di bangku kuliah di Toronto, Kanada. Di sana, dia kerap bermain di bursa saham dan berkenalan dengan banyak investor handal.
Sepulang ke Indonesia, dengan meminjam modal dari sang ayah, Hary mendirikan PT Bhakti Investama di Surabaya. Pria kelahiran 26 September 1965 ini kemudian banyak terlibat dalam kegiatan investment banking, serta aksi merger dan akuisisi. Perusahaan-perusahaan yang bermasalah diambil alihnya, kemudian diperbaiki dan dijual kembali. Hary juga pintar dalam membaca peluang serta mencari sumber dana. Aksi akuisisinya tidak dilakukan dengan modal sendiri, melainkan dengan cara mencari dana dari publik melalui konsorsium ataupun penawaran saham.
Tahun 2002, Hary bergabung dengan Bimantara Citra atau Global Mediacom dan kemudian menjadi presiden direkturnya (Group Executive Chairman) hingga sekarang. Global Mediacom sendiri kemudian menguasai saham dari PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC), yang membawahi 3 stasiun TV : RCTI, TPI (kini MNCtv), dan Global TV. Hary pun lantas menjadi Direktur Utama dan CEO PT tersebut sampai saat ini. Selain 3 stasiun TV itu, MNC juga memiliki PT Media Nusantara Informasi yang antara lain meliuputi Harian Seputar Indonesia, Tabloid Gennie, Mom & Kiddie, dan Realita.
Kemudian dibangunnya pula rumah produksi SinemArt dan MD Entertainment, hingga situs online Okezone.com. Di samping itu, Hary juga menjabat sebagai komisaris Indovision.

2. Jacob Oetama
Tidak seperti 5 tokoh lain yang saya profilkan di sini, Dr. (HC) Jacob Oetama tergolong low profile dan jarang diekspos. Padahal, dia adalah penguasa dari Kompas Gramedia Group yang membawahi sejumlah media massa terkemuka di Indonesia, seperti harian Kompas, tabloid BOLA, tabloid Nova, majalah Bobo, majalah National Geographic, hingga majalah Hai, Chip, HotGame, Otomotif,
dan tentu saja toko buku Gramedia, berikut penerbitan Elex Media Komputindo. Jacob Oetama lahir di Magelang, 27 September 1931. Karir jurnalistiknya dimulai ketika menjadi redaktur mingguan Penabur pada tahun 1956. Lulusan jurusan Publisistik Fisipol UGM ini kemudian mendirikan majalah intisari tahun 1963 bersama P.K Ojong. Bersama P.K Ojong pula,

pada tanggal 28 Juni 1965 Jacob mendirikan harian Kompas. Pada era 1980-an, Kompas Gramedia berkembang pesat,

 hingga akhirnya mampu mendirikan sejumlah anak perusahaan seperti yang telah saya sebutkan tadi. Selain menjadi presiden direktur KG Group, Jacob saat ini juga menjabat sebagai penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.

3. Dahlan Iskan
Pria kelahiran Magetan Jawa Timur tahun 1951 ini saat ini tengah naik daun, setelah berturut ditunjuk sebagai direktur PLN, dan kemudian kini menjabat sebagai menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II. Gaya khasnya yang suka memakai sepatu kets ke manapun, tampil apa adanya, dan doyan bicara blak-blakan membuat makin banyak orang yang mengidolainya. Sebelum menjadi dirut PLN, Dahlan adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos News Network. Karir jurnalisnya dimulai ketika menjadi calon reporter di sebuah surat kabar kecil di Samarinda, pada tahun 1975.
Tahun 1976 dia pindah bergabung menjadi wartawan di majalah Tempo. Tahun 1982, Dahlan Iskan mulai memimpin surat kabar Jawa Pos. Harian yang waktu itu hampir mati karena hanya beroplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun dibuatnya menjadi surat kabar beroplah 300.000 eksemplar.
 Lima tahun berselang,
Jawa Pos News Network (JPNN) dibentuk dan menjadi salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di seluruh Indonesia. Tahun 2002, Dahlan mendirikan stasiun TV lokal JTV di Surabaya, diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.

4. Surya Paloh
Surya Paloh telah terbiasa berbisnis sejak masih remaja di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Sembari bersekolah, dia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dan lain-lain. Menginjak SMA, dia bekerja menjadi manajer sebuah Travel Biro. Setamat SMA, sambil berkuliah di Fakultas Hukum USU (Universitas Sumatra Utara), Surya juga dipercaya mengelola sebuah wisma pariwisata.
 Pada saat yang bersamaan, Surya juga dipercaya menjadi direktur utama sebuah PT distributor mobil Ford dan Volkswagen di Medan. Kemudian pada 1975 ditunjuk pula menjadi kuasa usaha hotel Ika Darroy Aceh. Pria kelahiran Aceh 16 Juli 1951 ini kemudian merantau ke Jakarta pada 1977 untuk mulai berbisnis di sana, dan juga menjadi lone ranger pejuang kemerdekaan dan kebebasan pers. Sejak saat itu pula dia mulai terjun ke dunia publishing, antara lain dengan memimpin surat kabar Prioritas.
Tahun 1987, Teuku Yousli Syah selaku pendiri surat kabar Media Indonesia menggandeng Surya untuk memimpin surat kabar tersebut dan membentuk manajemen baru di bawah PT Citra Media Nusa Permana. Surya Paloh semakin mengembangkan bisnis medianya itu dengan membentuk Media Group, termasuk di dalamnya mendirikan stasiun TV Metro TV pada 25 Oktober 1999, yang merupakan stasiun TV berita pertama di Indonesia. Selain bisnis, Surya juga aktif di dunia politik, termasuk mendirikan partai baru Nasional Demokrat.

5. Chairul Tanjung
Berdasarkan berita terbaru, nama Chairul Tanjung melejit menjadi orang terkaya nomor 11 di Indonesia versi forbes tahun 2011 ini, mengalahkan Aburizal Bakrie dan Ciputra. Chairul Tanjung adalah bos PT Trans Corporation yang membawahi dua stasiun TV populer, Trans TV dan Trans 7.

Chairul yang lahir di Jakarta, 16 Juni 1962 mulai berbisnis ketika kuliah di jurusan Kedokteran Gigi UI. Saat itu ia berbisnis kecil-kecilan dengan berdagang buku kuliah, kaos, serta membuka usaha fotokopi di kampusnya. Dia juga sempat membuka toko alat-alat kedokteran dan laboratorium di daerah Senen, tapi usaha itu bangkrut.
Kegagalan itu memberinya pelajaran, hingga ketika lulus kuliah, Chairul sempat mendirikan PT Pariarti Sindhutama bersama 3 rekannya, yang usahanya memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Usaha ini terbilang sukses,hingga ia melebarkan bisnisnya ke industri genting, sandal, dan properti. Perbedaan visi kemudian membuat 2 rekan Chairul mengundurkan diri, dan dia harus menjalankan bisnisnya sendiri. Chairul kemudian mengakuisisi sebuah bank yang nyaris pailit, Bank Tugu. Chairul yang pernah belajar dari kegagalan,mampu mengubah bank tersebut kini menjadi Bank Mega yang memiliki omset di atas Rp 1 triliun.

Bisnis Chairul makin meluas kebidang properti, keuangan, dan multimedia, hingga dia kemudian mendirikan Para Group. Melalui Para Group, Chairul mulai merambah bisnis hiburan dengan mendirikan Trans TV. Dia lalu membentuk anak perusahaan PT Trans Corp dengan tujuan mengambil alih TV7 yang menjadi milik Kompas Gramedia, untuk dihubungkan dengan Trans TV.

6. Anindya Bakrie 
Anindya Bakrie, atau biasa dipanggil Anin, adalah putra sulung dari pengusaha terkemuka sekaligus politikus, Aburizal Bakrie. Pria muda kelahiran 10 November 1974 ini adalah presiden direktur dari Bakrie Telecom dan Visi Media Asia, yang mengelola stasiun TV ANTV dan TV One serta media online Vivanews.com. Berada dalam keluarga pebisnis, membuat Anin telah terlatih sejak usia muda.
Ketika masuk ke ANTV pada 2002, stasiun TV tersebut nyaris bangkrut karena lilitan hutang. Hanya dalam waktu 2 tahun, Anin mampu merestrukturisasinya dan menjadikan utangnya menjadi 0. Begitu pula saat mengambil alih Lativi yang juga hampir bangkrut pada 2007, Anin kemudian mengubahnya menjadi TV One yang akhirnya berkembang pesat menjadi salah satu stasiun TV berita terbaik di Indonesia. Kemudian pada 2008, Anin mendirikan bisnis news media online dengan nama Vivanews.com.
Read More ->>

6 Kisah Kejujuran Polisi Hoegeng Yang Menggetarkan Hati

Berbagai Sejarah Dunia - Mantan Presiden Gus Dur punya anekdot, hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia. Ketiganya adalah patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng Iman Santosa. Ini semacam sindiran bahwa sulit mencari polisi jujur di negeri ini. Kalaupun ada, langka dicari.
Polisi Hoegeng adalah satu teladan polisi jujur yang kisah dan kiprah selalu layak diceritakan turun-temurun. 14 Oktober 1921, tepat 91 tahun lalu, Hoegeng lahir di Pekalongan. Inilah beberapa cerita dan kiprah polisi Hoegeng sejak merintis karir sebagai polisi, sebagai dirjen imigrasi hingga berpuncak pada karir sebagai Kapolri.
Kisah-kisah yang menyentuh dan menggetarkan hati ini beberapa dikutip dari memoar Hoegeng, Polisi antara Idaman dan Kenyataan, karangan Ramadhan KH.

1. Larang istri buka toko bunga

Sebagai perwira, Hoegeng hidup pas-pasan. Untuk itulah istri Hoegeng, Merry Roeslani membuka toko bunga. Toko bunga itu cukup laris dan terus berkembang.
Tapi sehari sebelum Hoegeng akan dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (kini jabatan ini disebut dirjen imigrasi) tahun 1960, Hoegeng meminta Merry menutup toko bunga tersebut. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan istrinya. Apa hubungannya dilantik menjadi kepala jawatan imigrasi dengan menutup toko bunga.
“Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang ibu, dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya,” jelas Hoegeng.
Istri Hoegeng yang selalu mendukung suaminya untuk hidup jujur dan bersih memahami maksud permintaan Hoegeng. Dia rela menutup toko bunga yang sudah maju dan besar itu.
“Bapak tak ingin orang-orang beli bunga di toko itu karena jabatan bapak,” kata Merry.

2. Tolak rayuan pengusaha cantik

Kapolri Hoegeng Imam Santosa pun pernah merasakan godaan suap. Dia pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.
Seperti diketahui, Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.
Wanita ini pun berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Tapi si wanita tak putus asa. Dia terus mendekati Hoegeng.
Yang membuat Hoegeng heran, malah koleganya di kepolisian dan kejaksaan yang memintanya untuk melepaskan wanita itu. Hoegeng menjadi heran, kenapa begitu banyak pejabat yang mau menolong pengusaha wanita tersebut. Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita itu tidak segan-segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupannya.
Hoegeng pun hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan tingkah polah koleganya yang terbuai uang dan rayuan wanita.

3. Mengatur lalu lintas di perempatan

Teladan Jenderal Hoegeng bukan hanya soal kejujuran dan antikorupsi. Hoegeng juga sangat peduli pada masyarakat dan anak buahnya. Saat sudah menjadi Kapolri dengan pangkat jenderal berbintang empat, Hoegeng masih turun tangan mengatur lalu lintas di perempatan.
Hoegeng berpendapat seorang polisi adalah pelayan masyarakat. Dari mulai pangkat terendah sampai tertinggi, tugasnya adalah mengayomi masyarakat. Dalam posisi sosial demikian, maka seorang agen polisi sama saja dengan seorang jenderal.
“Karena prinsip itulah, Hoegeng tidak pernah merasa malu, turun tangan sendiri mengambil alih tugas teknis seorang anggota polisi yang kebetulan sedang tidak ada atau tidak di tempat.
Jika terjadi kemacetan di sebuah perempatan yang sibuk, dengan baju dinas Kapolri, Hoegeng akan menjalankan tugas seorang polantas di jalan raya. Itu dilakukan Hoegeng dengan ikhlas seraya memberi contoh kepada anggota polisi yang lain tentang motivasi dan kecintaan pada profesi.”
Demikian ditulis dalam buku Hoegeng-Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa- terbitan Bentang.
Hoegeng selalu tiba di Mabes Polri sebelum pukul 07.00 WIB. Sebelum sampai di kantor, dia memilih rute yang berbeda dan berputar dahulu dari rumahnya di Menteng, Jakarta Pusat. Maksudnya untuk memantau situasi lalu lintas dan kesiapsiagaan aparat kepolisian di jalan.
Saat suasana ramai, seperti malam tahun baru, Natal atau Lebaran, Hoegeng juga selalu terjun langsung mengecek kesiapan aparat di lapangan. Dia memastikan kehadiran para petugas polisi adalah untuk memberi rasa aman, bukan menimbulkan rasa takut. Polisi jangan sampai jadi momok untuk masyarakat.

4. Berantas semua beking kejahatan

Banyak aparat hukum malah menjadi beking tempat maksiat, perjudian hingga menjadi bodyguard. Hanya sedikit yang berani mengobrak-abrik praktik beking ini. Polisi super Hoegeng Imam Santosa mungkin yang paling berani.
Ceritanya tahun 1955, Kompol Hoegeng mendapat perintah pindah ke Medan. Tugas berat sudah menantinya. Penyelundupan dan perjudian sudah merajalela di kota itu.
Para bandar judi telah menyuap para polisi, tentara dan jaksa di Medan. Mereka yang sebenarnya menguasai hukum. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa disogok uang, mobil, perabot mewah dan wanita. Mereka tak ubahnya kacung-kacung para bandar judi.
Bukan tanpa alasan kepolisian mengutus Hoegeng ke Medan. Sejak muda dia dikenal jujur, berani dan antikorupsi. Hoegeng juga haram menerima suap maupun pemberian apapun.
Maka tahun 1956, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reskrim Kantor Polisi Sumut. Hoegeng pun pindah dari Surabaya ke Medan. Belum ada rumah dinas untuk Hoegeng dan keluarganya karena rumah dinas di Medan masih ditempati pejabat lama.
Cerita soal keuletan para pengusaha judi benar-benar terbukti. Baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya. Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tak lupa, dia juga mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng hadiah dari para pengusaha.
Hoegeng menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia.
Kira-kira dua bulan kemudian, saat rumah dinas di Jl Rivai siap ditinggali, bukan main terkejutnya Hoegeng. Rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Hal yang sangat luar biasa. Tahun 1956, kulkas dan piano belum tentu ada di rumah pejabat sekelas menteri sekalipun.
Ternyata barang itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi. Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Tapi Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan itu juga tidak memindahkan barang-barang mewah tersebut.

Apa tindakan Hoegeng?

Dia memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya. Diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih baik daripada melanggar sumpah jabatan dan sumpah sebagai polisi Republik Indonesia.
Hoegeng geram mendapati para polisi, jaksa dan tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi. “Sebuah kenyataan yang amat memalukan,” ujarnya geram.

5. Hoegeng dan pemerkosaan Sum Kuning

Sumarijem adalah seorang wanita penjual telur ayam berusia 18 tahun. Tanggal 21 September 1970, Sumarijem yang sedang menunggu bus di pinggir jalan, tiba-tiba diseret masuk ke dalam mobil oleh beberapa orang pria. Di dalam mobil, Sum diberi eter hingga tak sadarkan diri. Dia dibawa ke sebuah rumah di Klaten dan diperkosa bergiliran oleh para penculiknya.
Setelah puas menjalankan aksi biadab mereka, Sum ditinggal begitu saja di pinggir jalan. Gadis malang ini pun melapor ke polisi. Bukannya dibantu, Sum malah dijadikan tersangka dengan tuduhan membuat laporan palsu.
Dalam pengakuannya kepada wartawan, Sum mengaku disuruh mengakui cerita yang berbeda dari versi sebelumnya. Dia diancam akan disetrum jika tidak mau menurut. Sum pun disuruh membuka pakaiannya, dengan alasan polisi mencari tanda palu arit di tubuh wanita malang itu.
Karena melibatkan anak-anak pejabat yang berpengaruh, Sum malah dituding anggota Gerwani. Saat itu memang masa-masanya pemerintah Soeharto gencar menangkapi anggota PKI dan underbouw-nya, termasuk Gerwani.
Kasus Sum disidangkan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Sidang perdana yang ganjil ini tertutup untuk wartawan. Belakangan polisi menghadirkan penjual bakso bernama Trimo. Trimo disebut sebagai pemerkosa Sum. Dalam persidangan Trimo menolak mentah-mentah.
Jaksa menuntut Sum penjara tiga bulan dan satu tahun percobaan. Tapi majelis hakim menolak tuntutan itu. Dalam putusan, Hakim Ketua Lamijah Moeljarto menyatakan Sum tak terbukti memberikan keterangan palsu. Karena itu Sum harus dibebaskan.
Dalam putusan hakim dibeberkan pula nestapa Sum selama ditahan polisi. Dianiaya, tak diberi obat saat sakit dan dipaksa mengakui berhubungan badan dengan Trimo, sang penjual bakso. Hakim juga membeberkan Trimo dianiaya saat diperiksa polisi.
Hoegeng terus memantau perkembangan kasus ini. Sehari setelah vonis bebas Sum, Hoegeng memanggil Komandan Polisi Yogyakarta AKBP Indrajoto dan Kapolda Jawa Tengah Kombes Suswono. Hoegeng lalu memerintahkan Komandan Jenderal Komando Reserse Katik Suroso mencari siapa saja yang memiliki fakta soal pemerkosaan Sum Kuning.
“Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” tegas Hoegeng.
Hoegeng membentuk tim khusus untuk menangani kasus ini. Namanya Tim Pemeriksa Sum Kuning, dibentuk Januari 1971. Kasus Sum Kuning terus membesar seperti bola salju. Sejumlah pejabat polisi dan Yogyakarta yang anaknya disebut terlibat, membantah lewat media massa.

Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus Sum Kuning. Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib. Hal ini dinilai luar biasa. Kopkamtib adalah lembaga negara yang menangani masalah politik luar biasa. Masalah keamanan yang dianggap membahayakan negara. Kenapa kasus perkosaan ini sampai ditangani Kopkamtib?
Dalam kasus persidangan perkosaan Sum, polisi kemudian mengumumkan pemerkosa Sum berjumlah 10 orang. Semuanya anak orang biasa, bukan anak penggede alias pejabat negara. Para terdakwa pemerkosa Sum membantah keras melakukan pemerkosaan ini. Mereka bersumpah rela mati jika benar memerkosa.
Kapolri Hoegeng sadar. Ada kekuatan besar untuk membuat kasus ini menjadi bias.
Tanggal 2 Oktober 1971, Hoegeng dipensiunkan sebagai Kapolri. Beberapa pihak menilai Hoegeng sengaja dipensiunkan untuk menutup kasus ini.

6. Selalu berpesan polisi jangan sampai dibeli

Mantan Kapolri Jenderal Polisi Widodo Budidarmo punya kenangan soal Hoegeng. Widodo ingat betul pesan Hoegeng padanya.
“Mas Widodo jangan sampai kendor memberantas perjudian dan penyelundupan karena mereka ini orang-orang yang berbahaya. Suka menyuap. Jangan sampai polisi bisa dibeli,” tutur Widodo menirukan pesan Hoegeng semasa itu.
Widodo tahu Hoegeng tidak asal memberikan perintah. Hoegeng telah membuktikan dirinya memang tidak bisa dibeli. Sejak menjadi perwira polisi di Medan, Hoegeng terkenal karena keberanian dan kejujurannya. Dia tak sudi menerima suap sepeser pun. Barang-barang hadiah pemberian penjudi dilemparkannya keluar rumah.
“Kata-kata mutiara yang masih saya ingat dari Pak Hoegeng adalah baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik,” kenang Widodo.
Widodo bahkan menyamakan mantan atasannya dengan Elliot Ness, penegak hukum legendaris yang memerangi gembong mafia Al Capone di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu, mafia menyuap hampir seluruh polisi, jaksa dan hakim di Chicago. Karena itu mereka bebas menjalankan aksi-aksi kriminal.
Tapi saat itu Elliot Ness dan kelompoknya yang dikenal sebagai The Untouchables atau mereka yang tak tersentuh suap, berhasil mengobrak-abrik kelompok gengster itu.
“Pak Hoegeng itu tak kenal kompromi dan selalu bekerja keras memberantas kejahatan,” jelas Widodo.
Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci.

Read More ->>

Sabtu, 08 November 2014

6 Mitos Tentang Cokelat Yang Terbantahkan

Berbagi Sejarah Dunia - Banyak sekali mitos yang beredar di masyarakat luas mengenai cokelat. Namun, ketika mengkaitkan cokelat dengan kesehatan, maka disarankan untuk tidak menghindari cokelat. Sobat harus memiliki sebuah pilihan yang cerdas dalam hal ini, bukan hanya mempercayai mitos yang berkembang begitu saja lalu mengabaikan cokelat.

Memang, jika kita mengkonsumsi cokelat dalam porsi yang banyak, kenikmatannya bukanlah hal yang baik untuk kesehatan. Akan tetapi, jika takaran konsumsi cokelatnya tepat, apalagi yang dikonsumsi itu adalah cokelat hitam, maka dijamin cokelat hitam tersebut akan banyak memberikan manfaat untuk kesehatan Sobat. Sajikan cokelat bubuk kakao sebanyak 1-3 sendok teh untuk memperoleh takaran yang menyehatkan. Bisa juga diberi gula dari buah yang dapat mengimbangi kepahitan bubuk kakao.

6 Mitos Tentang Cokelat Yang Terbantahkan
Sehubungan dengan banyaknya mitos tentang cokelat ini, berikut beberapa mitos yang ternyata kebenaran tidak terbukti. Informasi di bawah ini didasarkan pada porsi satu ons 70 persen cokelat hitam atau satu sendok makan bubuk kakao. Satu ons cokelat hitam adalah sekitar seperempat cangkir. Itu biasanya sekitar 1/3 dari bar cokelat berukuran biasa.


Mitos Cokelat # 1: Cokelat tinggi lemak
Hal ini memang benar, tetapi tidak semua cokelat itu tinggi lemak. Lain jenis cokelat lain pula kandungan lemaknya. Untuk satu ons cokelat hitam saja mengandung 12 gram lemak dan 7 gram lemak jenuh, sedangkan bubuk kakao sebenarnya adalah makanan yang rendah lemak. Satu sendok makan bubuk kakao hanya memiliki satu gram lemak dan nol gram lemak jenuh. Jadi tambahkan bubuk kakao untuk membuat kue cokelat Anda menjadi sehat.

Seperti saya sebutkan di atas, satu ons cokelat hitam adalah porsi sangat murah - sekitar 1/3 dari cokelat atau sekitar enam kotak ukuran khas cokelat. Jika Anda mengkonsumsi untuk beberapa kotak cokelat hitam, Anda hanya mendapatkan empat gram lemak saja. Tidak terlalu buruk bukan? Jadi mitos ini tidaklah benar seratus persen.

Mitos Cokelat # 2: Cokelat tinggi kafein
Jika Anda super sensitif terhadap kafein, saya ingin menyebutkan di depan bahwa cokelat pasti memang mengandung stimulan ini, tetapi dalam dosis yang relatif rendah. Satu ons cokelat hitam mengandung 22,4 mg kafein, dan satu sendok makan bubuk kakao memiliki 12,1 mg. Secangkir kopi, jika dibandingkan, mengandung 95 mg kafein. Secangkir kecil kopi yang dijual di sebagian besar toko-toko kopi adalah sebanyak 12 ons, yang merupakan ukuran dari setengah cangkir atau 142,5 mg kafein. Jadi, tetap saja jika dibandingkan dengan coklat, kopi memiliki kafein yang lebih tinggi. Untuk itu mitos yang kedua ini juga tidak benar.

Mitos Cokelat # 3: Cokelat itu tanpa kalori
Ini adalah kasus lain memilih cokelat yang tepat. Kebanyakan cokelat itu sangatlah manis, tetapi Anda tidak harus mendapatkan cokelat Anda dalam bentuk kue dan bentuk yang diencerkan. Cokelat hitam memiliki konsentrasi tertinggi dari kakao. Setiap ons cokelat hitam dapat memenuhi 19 persen zat besi harian Anda dan 2,2 gram protein. Ini juga merupakan sumber yang baik dari mineral tembaga dan mangan.

Cokelat bubuk memberikan sedikit gizi, tetapi juga mengandung 12 kalori. Tidak buruk untuk makanan yang menyediakan empat persen dari kebutuhan besi harian Anda dan dua gram serat makanan. Coklat bubuk juga merupakan sumber yang sangat baik dari magnesium, fosfor, tembaga dan mangan. So, mitos ini juga ternyata tidaklah benar.

Mitos Cokelat # 4: Cokelat dapat merusak gigi
Sudah kita ketahui, apapun yang serba manis pastilah sangat buruk bagi gigi Anda, tapi seperti yang sudah saya katakan diatas, bahwa cokelat tidak harus sarat dengan gula. Satu ons cokelat hitam hanya memiliki tujuh gram gula - kurang dari yang Anda temukan pada sebuah apel kecil - dan satu sendok makan bubuk kakao tidak mengandung gula sama sekali. Bahkan, menurut beberapa pendapat dokter gigi, mengatakan bahwa cokelat sebenarnya bisa baik untuk gigi Anda.

Jika Anda memakan cokelat manis, cukup sikat gigi Anda sesegera mungkin, dengan begitu gigi Anda terhindar dari masalah kerusakan gigi. Ini menandakan mitos keempat ini tidaklah benar seratus persen.

Mitos Cokelat # 5: Cokelat adalah afrodisiak
Aku menyesal untuk melaporkan bahwa tidak ada bukti konklusif yang menerangkan bahwa cokelat dapat meningkatkan libido Anda. Sementara telah ada penelitian yang menjanjikan beberapa tentang cokelat dan dorongan seksual, ada banyak pertentangan penelitian di luar sana. Tentu saja, jika makan sedikit cokelat lezat membuat Anda bahagia, tidak ada alasan untuk menghindarinya. Jadi mitos ini sangat tidak relevan.

Mitos Cokelat # 6: Cokelat menyebabkan jerawat
Mitos tentang cokelat menyebabkan jerawat setidaknya terdengar sejak 100 tahun yang lalu. Sebenarnya tidak ada penelitian konklusif yang menunjukkan bahwa cokelat menyebabkan jerawat. Perlu diketahui bahwa, kondisi kulit tubuh kita adalah berbeda. Jadi kesehatannya pun berbeda-beda pula. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa makanan pemicu terjadinya jerawat itu bervariasi dari orang ke orang. Dan jika mengkaitkannya dengan coklat, sangatlah jauh sekali. Apalagi tidak ada penelitian yang benar-benar menyatakan bahwa cokelat dapat menyebabkan jerawat.

Itulah 6 Mitos Tentang Cokelat Yang Terbantahkan, dikarenakan tidak ada bukti-bukti kuat yang mengarah kepada kebenaran akan mitos itu. Jadi, sekarang Sobat tidak perlu merasa khawatir lagi untuk mengkonsumsi cokelat.

Ada yang mau cokelat? ^_^ 
 
 
Read More ->>