counters

Kamis, 02 Januari 2014

HIKMAH BATAK

Berbagi Sejarah Dunia -  
[Disarikan dari buku Filsafat Batak: Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat; TM Sihombing, Balai Pustaka, 1986]

Purpar pande dorpi jumadihon tu rapotna:
Tukang yang sedang membuat dinding menimbulkan hiruk-pikuk yang sangat, tapi akibatnya papan-papan dinding menjadi rapat. Maksudnya, dalam permusyawarahan acapkali pertengkaran hebat membuat tercapainya hasil yang memuaskan.

Tubu simarimbalo dilambung simarhalosi. Tongka do siripe manjalo na so umboto mamalosi:
Adalah pantang hanya tahu menerima dan tidak tahu membalas.

Molo godang pinanutan, godang ma harharam:
Bila banyak menerima harus juga banyak memberi imbalan.

Niarit tarugi porapora, molo tinean uli teanon ma dohot gora:
Kalau kita telah menerima untung dari sesuatu maka kita harus juga siap sedia menanggung risikonya.

Natoras na tutu mengkaholongi ianakkona, ianakkon na tutu pasangap natorasna:
Orangtua yang benar ialah yang mencintai anak-anaknya dan anak-anak yang benar ialah yang menghormati orangtua.

Agia pe lapalapa asal ditoru ni sobuon, agia pe malapalap asal ma di hangoluon, ai sai na boi do jolma partalaga muba gabe parjoluon:
Biar miskin dan menderita tidak mengapa asalkan bisa terus hidup, karena selama masih hidup tetap ada harapan mendapat perbaikan nasib.

Hotang do ragian, hadanghadangan pansalongan; Sihahaan gabe sianggian, molo hurang sinaloan:
Anak sulung menjadi anak bungsu kalau kurang pengetahuan.

Hotang binebebebe, hotang pinulospulos; Unang iba mandele godang do todustudos:
Janganlah berputus asa, di dunia ini banyak orang yang sama penderitaannya dengan kita, banyak kejadian pada orang lain yang dapat dijadikan cermin.

Tumbur ni pangkat tu tumbur ni hotang; Tusi hamu mangalangka, disi ma hamu dapotan:
Kemana kamu melangkah di situlah hendaknya kamu mendapat rezeki.

Hotang hotari hotang pulogos; Gogo ma mansari, na dangol do na pogos:
Berusahalah sekuat tenaga karena kemiskinan itu identik dengan penderitaan.

Manat mardongan sabutuha:
Berhati-hatilah dengan teman semarga. Siapa-spa yang patut dihormati harus selalu dihormati.

Tinaba hau toras bahen sopo di balian; Na burju marnatoras ingkon dapotan parsaulian:
Orang yang mengasihi orangtuanya dan selalu melayani mereka sebaik-baiknya akan mendapat segala yang indah-indah.

Nilangka tu jolo, sinarihon tu pudi:
Melangkah ke depan, perhatikan juga hari kemudian.

Hatop adong pinareakna, lambat adong pinaimana:
Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang dinantikan.

Ulubalang so mida musu:
Dia itu pahlawan tetapi tidak pernah melihat musuh. Musah saja mengatakan pahlawan kalau tidak ada musuh.

Tampuk ni dambibir do i na so boi tu panggonggonan; Parjahajaha di bibir do i, parpustaha di tolonan:
Dia itu hanyalah pembaca-baca di bibir dan pemilik pustaka di kerongkongan. Katanya yang indah itu hanya di bibir saja dan bukan cetusan hati nurani; ilmu yang dianggarkannya hanyalah karangan belaka.

Agatna do agat Dairi, imbalona imbalo pege; Hatana do mapultak gambiri, patna so malo hehe:
Kata-katanya membuat pecah kemiri tetapi kakinya tidak bisa bergerak. Multnya banyak cakap tetapi tidak berani bertindak.

Ingkon songon poting, lam marisi lam so marsoara:
Harus seperti perian, makin berisi makin tak bersuara. Manusia itu, makin berilmu makin sedikit bicara.

Tabo ni juhut sahat tu mudar; Tabo ni hata olat ni bulung ni pinggol:
Enaknya daging [gulai] meresap sampai ke dalam darah, tetapi enaknya kata-kata hanya sampai ke daun telinga saja. Kata-kata yang kedengaran enak biasanya tidak berharga dan acapkali menipu.

Rupa ndang tarpangan, pangalaho do na tarpangan:
Rupa tak dapat dimakan, tetapi kelakuan dapat dimakan. Rupa yang cantik tak dapat memberikan kebahagiaan yang kekal, tetapi kelakuan dan perangai yang baik akan membuat bahagia.

Sala ma uli sala ma denggan songon sanggar di robean:
Seperti pimping yang tumbuh di lereng bukit, salah karena kecantikannya. Kecantikan manusia itu kerapkali mengakibatkan kebinasaannya.

Pilipili soban, unang mapilihu, so tung gabe so dapotan:
Seperti memilih-milih kayu bakar, karena terlalu memilih akhirnya tak memperolehnya.

Maos di pangalmisan songon bira na sabotohon:
Seperti keladi gatal, banyak dicoba makan tapi tak pernah tertelan.

Pidong tinanda sian imbulunya, jolma sian bibirna:
Burung dikenal dari bulunya, manusia dari bibirnya [tuturnya].

Na dangol ni andung do ahu, na siak panomuan:
Selalu menangisi kemiskinan dan selalu menderita kepedasan dan kegetiran dunia. Selalu dirundung malang.

Jolo tinaha garungniba, jolo niantan sulangatniba:
Haruslah lebih dulu disukat isi perian kita dan ditimbang berat alat penangkap ikan kita. Timbang dahulu kemampuanmu, tenagamu, dan kecakapanmu.

Bau so jolo busuk, bari so jolo masak:
Berbau busuk tetapi belum dalam keadaan busuk, basi, walaupun belum masak. Tidak disukai siapa pun walaupun belum nyata kekurangannya.

Sekian deh ulasan ane .....
Semoga bermanfaat...
 

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Sobat sangat berharga buat Ane...

Thankss Sob..