counters

Jumat, 03 Januari 2014

CIIA: Aksi Densus 88 di Ciputat Bentuk Zalim Negara Kepada Umat Islam di Awal Tahun


Foto: CIIA: Aksi Densus 88 di Ciputat Bentuk Zalim Negara Kepada Umat Islam di Awal Tahun


TINDAKAN Densus 88 menewaskan enam orang di Ciputat membuktikan bahwa Negara telah bertindak zalim pada umat Islam di awal tahun baru 2014. Densus 88 dinilai kembali menyiram api kebencian sekaligus menjadi produsen teror demi teror yang akan memunculkan para pelaku yang tumbuh silih berganti. Demikian dikatakan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya.

Pemerhati Kontraterorisme ini mengatakan, bahwa Densus 88 sengaja memunculkan skenario baru untuk melanggengkan isu terorisme. Densus 88 bisa saja mengarang cerita keterlibatan Nurul Haq dan Hendi Albar terkait teror penembakan polisi di Pondok Aren.

Pasalnya, kepastian apakah mereka terlibat atau tidak dalam tindakan menembak Polisi baru bisa diketahui ketika mereka ditangkap hidup-hidup. Namun naas, kata Harits, mereka justru dibunuh dengan dalih klasik yakni melakukan perlawanan.

“Ini yang kesekian kalinya aparat Densus 88 terlihat tidak profesional, inikah yang disebut langkah preventif atau pencegahan? Kalau bisa menangkap hidup-hidup Anton, sebelumnya Badri dan Sofyan, Iskandar, kenapa orang-orang yang terkait dengan mereka di Ciputat tidak bisa?” tanyanya kepada Islampos, Rabu (1/1).

Harits melihat sejatinya aparat telah menjadikan “terorisme” menjadi komoditi penting bagi mereka. Dan kecondongan melestarikan dengan pola-pola penindakan yang kontra produktif. Karena akan memantik kebencian dan aksi balas dendam dalam beragam bentuk teror.

“Seperti opini tentang ancaman teroris jelang natal,jelang tahun baru jelang pemilu itu semua adalah penguluran rentang waktu agar proyek ‘terorisme’ bisa berjalan kontinyu mengikuti momentum-momentum yang ada,” ungkapnya.Berbagi Sejarah Dunia - TINDAKAN Densus 88 menewaskan enam orang di Ciputat membuktikan bahwa Negara telah bertindak zalim pada umat Islam di awal tahun baru 2014. Densus 88 dinilai kembali menyiram api kebencian sekaligus menjadi produsen teror demi teror yang akan memunculkan para pelaku yang tumbuh silih berganti. Demikian dikatakan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya.

Pemerhati Kontraterorisme ini mengatakan, bahwa Densus 88 sengaja memunculkan skenario baru untuk melanggengkan isu terorisme. Densus 88 bisa saja mengarang cerita keterlibatan Nurul Haq dan Hendi Albar terkait teror penembakan polisi di Pondok Aren.

Pasalnya, kepastian apakah mereka terlibat atau tidak dalam tindakan menembak Polisi baru bisa diketahui ketika mereka ditangkap hidup-hidup. Namun naas, kata Harits, mereka justru dibunuh dengan dalih klasik yakni melakukan perlawanan.

“Ini yang kesekian kalinya aparat Densus 88 terlihat tidak profesional, inikah yang disebut langkah preventif atau pencegahan? Kalau bisa menangkap hidup-hidup Anton, sebelumnya Badri dan Sofyan, Iskandar, kenapa orang-orang yang terkait dengan mereka di Ciputat tidak bisa?” tanyanya kepada Islampos, Rabu (1/1).

Harits melihat sejatinya aparat telah menjadikan “terorisme” menjadi komoditi penting bagi mereka. Dan kecondongan melestarikan dengan pola-pola penindakan yang kontra produktif. Karena akan memantik kebencian dan aksi balas dendam dalam beragam bentuk teror.

“Seperti opini tentang ancaman teroris jelang natal,jelang tahun baru jelang pemilu itu semua adalah penguluran rentang waktu agar proyek ‘terorisme’ bisa berjalan kontinyu mengikuti momentum-momentum yang ada,” ungkapnya.
 
sumber ;https://www.facebook.com/pages/Koran-Kampus/228413173946441
 
Semoga kita selalu dilindungi Allah SWT....

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Sobat sangat berharga buat Ane...

Thankss Sob..